1. Pengertian Iman kepada
Kitab-kitab Allah SWT.
a. Pengertian Iman
Menurut bahasa, iman berasal dari
bahasa Arab yaitu أَمَنَ-
يُؤْمِنُ- إِيْمَان artinya “membenarkan”. Sedangkan
menurut istilah, iman ialah kepercayaan dalam hati, meyakini dan membenarkan
adanya Tuhan dan membenarkan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
b. Pengertian Kitab-Kitab Allah swt.
Kitab Allah ialah wahyu Allah SWT
yang disampaikan kepada para Rasul untuk diajarkan kepada umat manusia sebagai
petunjuk dan pedoman hidup.Tujuan Allah menurunkan kitab-kitab itu agar
digunakan sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia menuju jalan hidup yang benar
dan diridhai-Nya
Jadi, iman kepada kitab-kitab Allah
SWT adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah
menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan dan
diajarkan kepada umat manusia.
2. Suhuf
Selain kitab-kitab, di dalam
al-Quran disebutkan adanya Suhuf atau Sahifah (halaman), yang berjumlah seratus
Sahifah. Suhuf adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada para Nabi atau
rasul-Nya yang berisi hukum-hukum dasar sebagai petunjuk dan pedoman dalam
menjalankan agama-Nya. Sahifah ini diberikan Allah SWT kepada tiga orang
Nabi-Nya, masing-masing dengan rincian sebagai berikut:
- 60 Sahifah kepada nabi Syits a.s.
- 30 Sahifah kepada nabi Ibrahim
a.s.
- 10 Sahifah kepada nabi Musa a.s.
Firman Allah swt.:
(
إِنَّ هَذَا لَفِى الصُّحُفِ اْلأُوْلَى (18) صُحُفِ إِبْرَهِيْمَ وَمُسَ .(19)
Artinya: “Sesungguhnya ini semua
benar-benar terdapat di dalam suhuf yang pertama(yaitu) suhuf-suhuf Nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s.”(Qs.al-a’la: 18-19).
3. Dalil-dalil Naqli yang terkait
dengan Iman kepada Kitab-kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah
SWT. merupakan rukun iman yang ketiga. Umat Islam wajib percaya dan meyakini
dengan sungguh-sungguh bahwa semua kitab yang telah diturunkan Allah SWT.kepada
para Rasul-Nya pasti benar. Firman Allah swt.:
(
ياَأَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلكِتَبِ اَّلذِيْ
نَزَّلَ عَلَى رَسُوْلِهِ وَاْلكِتَبِ اَّلذِيْ أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ… .(النساء :
136
Artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman, tetaplah kamu sekalian beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada
kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya dan kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya.”(Qs.An-Nisa’:136)
Firman Allah swt.:
Artinya: “Dan Kami telah turunkan
kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di
antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang, niscaya Allah
menghendaki niscaya kamu dijadikan satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah bebuat kebajikan.
Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya….(al-Maidah :48)
Kitab-kitab yang dimaksud dalam ayat
di atas berisi peraturan, ketentuan, perintah dan larangan yang dijadikan
pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan agar tercapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat. Kitab-kitab Allah swt. diturunkan pada masa yang
berlainan, namun di dalamnya terkandung ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran
tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah swt. Yang berbeda hanyalah dalam hal
syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.
4. Nama-nama kitab Allah swt. dan
Rasul yang menerimanya.
Di antara kitab-kitab Allah swt.
yang wajib kita imani ada empat (4) yaitu:
a. Kitab Taurat
Kitab Taurat diwahyukan Allah swt.
kepada nabi Musa a.s. sebagai pedoman hidup bagi kaum Bani Israil.
Firman Allah swt:
(إِنَّا
أَنْزَلْنَا الَّتوْرَاةَ فِيْهَا هُدًى وَّنُوْرٌ…(المائدة:44
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah
menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada )petunjuk dan cahaya(yang menerangi)”….(
Q.S Al-Ma’idah: 44)
Taurat asli yang berisikan akidah
dan hukum-hukum syariat sudah tidak ada lagi. Yang beredar di kalangan
orang-orang Yahudi saat ini bukanlah Taurat asli, melainkan palsu. Sebab, mereka
telah melakukan perubahan-perubahan isinya (ajarannya). Para ulama pun sepakat
bahwa taurat yang murni sudah tidak ada lagi. Taurat yang beredar saat sekarang
lebih tepat dikatakan sebagai karangan atau tulisan orang-orang Yahudi pada
waktu dan masa yang berbeda.
Allah berfirman:
(
مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ اْلكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ…(النساء: 75
Artinya: “Yaitu orang-orang
Yahudi mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.”(Qs. An-Nisa’46).
b. Kitab Injil
Kitab Injil diwahyukan oleh Allah
swt. kepada Nabi Isa a.s. Kitab Injil yang asli memuat keterangan-keterangan
yang benar dan nyata yaitu perintah-perintah Allah SWT agar manusia
mengesakannya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, juga menjelaskan
bahwa di akhir zaman akan lahir Nabi yang terakhir.
Kitab Injil yang beredar sekarang
hanyalah hasil pikiran manusia bukan wahyu Allah . Misalnya Kitab Injil matius,
Injil lukas dan Injil Johanes. Antar Injil tersebut banyak terdapat perbedaan
dan bahkan bertentangan. Menurut para ahi, isi dari kitab Injil adalah biografi
Nabi isa a.s. dan keyakinan yang ada di dalam ajarannya merupakan pikiran
paulus, bukan pendapat orang-orang harawi (pengikut-pengikut nabi isa a.s.) .
Ada juga yang dinamakan Injil Bernabas, oleh para ulama dianggap sesuai dengan
ajaran tauhid. Namun Injil jenis ini tidak dipakai oleh orang-orang Kristen
(Nasrani). Dengan demikian, yang wajib dipercayai oleh umat islam hanyalah
Injil yang diturunkan Allah SWT.kepada nabi isa a.s.
Firman Allah swt.:
( وَأَتَيْنَهُ اْلإِنْجِيْلَ فِيْهِ
هُدَى وَّنُوْرٌ…(المائدة : 46
Artinya: “Dan Kami telah
memberikan kepadanya (Isa) kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan
cahaya (yang menerangi)” …(al-Maidah 46)
c. Kitab Zabur
Kitab zabur diwahyukan Allah swt.
Kepada nabi Daud a.s. Nabi Daud hanya diperintahkan oleh Allah SWT untuk
mengikuti syariat Nabi Musa. Maka pokok ajaran kitab Zabur berisi tentang
zikir, nasehat dan hikmah tidak memuat syariat.
Firman Allah swt.:
(
وَاَتَيْنَا دَاوُدَ زَبُوْرًا (الاءسراء : 55
Artinya: “Dan kami berikan Zabur
kepada Daud a.s“(al-Isra’ : 55)
d. Kitab al-Quran
Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada
Nabi Muhammad saw. Melalui malaikat Jibril itu tidak sekaligus, melainkan
secara berangsur-angsur, yang waktu turunnya selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Terdiri dari 30 juz, 144 surat, 6666 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf.
Turunnya al-Quran disebut Nuzulul Quran. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq
ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610 m. Di Gua Hira ketika
Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Pada saat itu pula Nabi Muhammad saw.
dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah swt. untuk menyampaikan
risalahNya kepada seluruh umat. Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat
al-Maidah ayat 3, ayat tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10
hijriyah di padang ‘Arafah ketika beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji
perpisahan), karena beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad
saw wafat. Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Sebahagian isinya
menghapus sebahagian syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu dan
melengkapinya dengan hukum yang sesuai dengan hukum syariat yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Al-Quran merupakan kitab suci terlengkap dan abadi
sepanjang masa , berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman, serta
pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia agar
tercapai kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu,sebagai muslim kita tidak
perlu meragukannya sama sekali. Firman Allah:
(وَاَنْزَلْنَا اِلَيْكَ اْلكِتَبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقَا لِّمَابَيْنَ يَدَيْهِ
مِنَ الْكِتَبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ…(المائدة :48
Artinya: “Dan Kami telah turunkan
kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu…(al-Maidah : 48)
Firman Allah swt.:
(ذَلِكَ
الْكِتَبُ لاَرَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ (البقره:2
Artinya: “Kitab (al-Quran) ini
tidak ada keraguan padanya,petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”.(Qs.al-Baqarah:2)
Isi pokok kandungan al-Quran adalah:
1. aqidah atau keimanan
2. Ibadah baik ibadah mahdhah maupun
ghairu mahdhah
3. Akhlak seorang hamba kepada
khaliq, kepada sesama manusia dan alam sekitarnya
4. Mu’amalah yaitu hubungan manusia
dengan sesama manusia
5. Wa’ad dan wa’id
6. Kisah kisah nabi dan rasul,
orang-orang shaleh dan orang-orang yang inkar
7. Ilmu pengetahuan.
Keistimewaan kitab suci al-Quran
dibanding dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Al-Quran sebagai kitab suci yang
terakhir dan terjamin keasliannya. Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir
selalu dijaga kemurnian dan keasliannya oleh Allah swt. sampai akhir zaman.
firman Allah swt.:
(إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّالَهُ لَحَفِضُوْنَ(الحجر:9
Artinya: “Sesungguhnya kamilah
yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(al-hijr:9)
b. Al-Quran memiliki isi kandungan
yang paling lengkap dan sempurna. Isi al-Quran mencakup segala aspek kehidupan
manusia.
c. Al-Quran tidak dapat ditiru dan
dimasuki oleh ide-ide manusia yang ingin menyimpangkannya karena Allah swt.
yang selalu memeliharanya.
Allah swt. Berfirman:
قُلْ
لَئِنِ اجْتَمَعَتِ اْلإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هَذَا
اْلقُرْأَنَ لاَ يَْأتُوْنَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ
ظَهِيْرًا ( الإسراء :88
Artinya: “Katakanlah,
sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia. Sekalipun
sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lainnya.”(
Qs.al-Isra’88)
d. Al-quran isinya sesuai dengan
perkembangan zaman, berlaku sepanjang masa dan untuk seluruh umat manusia.
e. Membaca dan mempelajari isi
al-Quran adalah ibadah. Masih banyak keistimewaan al-Quran dibanding dengan
kitab-kitab sebelumnya.
Oleh karena itu, sebagai kitab suci
umat Islam, kita harus berusaha mempelajari dan mengkaji al-Quran dengan
sungguh-sungguh, insya Allah akan diperoleh berbagai keuntungan untuk hidup di
dunia dan di akhirat. Karena dengan hanya membaca saja sudah merupakan ibadah
kepada Allah apalagi jika kita dapat memahami dan mengamalkannya.
Sabda Rasulullah saw.:
(عَلَيْكَ بِتِلاَوَةِ اْلقُرْأَنَ فَإِنَّهُ نُوْرٌ لَّكَ فِى اْلأَرْضِ وَذُخْرُ
لَكَ فِى السَّمَاءِ (رواه ابن ماجه
Artinya: “atas engkau membaca
al-Quran adalah cahaya bagimu dibumi dan simpananmu dilangit.”(HR. Ibn
Majah)
5. Menjadikan al-Quran sebagai
sumber hukum dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak
problem kehidupan yang tidak dapat diatasi oleh manusia.sepertinya:
- Berbagai macam jenis penyakit
timbul tanpa diketahui cara pengobatannya,
- terjadinya bencana yang tidak
disangka-sangka,
- terjadinya gejolak sosial,dsb.
Semuanya itu merupakan dampak sikap
sikap manusia yang meninggalkan al-Quran. Padahal Rasulullah saw. Telah
berpesan dalam sabdanya yang berbunyi:
تَرَكْتُ
فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ مَا إِنْ تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا أَبَدًا
كِتَااللهِ وَسُنَةَ رَسُوْلَهُ. (رواه حكيم
Artinya: “kutinggalkan untukmu
dua perkara (pusaka), kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada
keduanya, yaitu (al-Quran) dan sunnnah rasulNya.”(al-Hakim) Dengan membaca
dan mempelajari dan menggali isi kandungan ilmu pengetahuan yang ada dalam
al-Quran,akan:
- Menghilangkan kegelisahan bathin,
bahkan penyakit jiwa yang erat kaitannya dengan penyakit jasmani.
- Meningkatkan kewaspadaan diri
untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala
larang-Nya.
- Meningkatkan kesadaran bahwa apa
yang diperbuat di atas dunia ini akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Dengan demikian, selaku seorang
muslim haruslah kita:
- Menjadikan al-Quran sebagai
petunjuk dan pedoman hidup ini, dan jangan berpedoman dengan yang lainnya,
- Berusaha untuk selalu menghormati,
memuliakan dan menjunjung tinggi kitab suci al-Quran.
- Senantiasa membaca al-Quran dalam
segala kesempatan di kala suka maupun duka.
- berusaha untuk memahami arti dan
isi kandungannya
- berusaha untuk mengamalkan isi
kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari.
6. Fungsi beriman kepada kitab-kitab
Allah swt.
a. Mempertebal keimanan kepada Allah
swt. Karena banyak hal-hal kehidupan manusia yang tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan dan akal manusia, maka kitab-kitab Allah mampu menjawab
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan manusia, baik yang
nampak maupun yang gaib.
b. Memperkuat keyakinan seseorang
kepada tugas Nabi Muhammad saw. Karena dengan meyakini kitab-kitab Allah swt.
Maka akan percaya terhadap kebenaran al-Quran dan ajaran yang dibawa oleh nabi
Muhammad saw.
c. Menambah ilmu pengetahuan. Karena
di dalam kitab-kitab Allah, di samping berisi tentang perintah dan larangan
Allah, juga menjelaskan tentang pokok-pokok ilmu pengetahuan untuk mendorong
manusia mengembangkan dan memperluas wawasan sesuai dengan perkembangan zaman.
d. Menanamkan sikap toleransi
terhadap agama lain. Karena dengan beriman kepada kitab-kitab Allah maka umat
Islam akan selalu menghormati dan menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan
apa yang dijelaskan dalam al-Quran dan hadits.
Kesimpulan :
1. Iman kepada kitab Allah swt.
adalah rukun iman yang ketiga.
2. Pengertian Iman kepada kitab
Allah swt adalah meyakini dan membenarkan bahwa Allah swt telah menurunkan
Wahyu-Nya kepada para Rasul, yang termuat di dalam Kitab-kitabNya.(Taurat,
Zabur, Injil dan al-Quran).
3. Isi pokok dari semua kitab Allah
swt ini sama yaitu bertauhid dan mengesakan Allah swt.
4. Kitab al-Quran memiliki
keistimewaan dibanding kitab yang lainnya, di antara keistimewaan itu adalah,
bahwa: – Al-Quran berlaku untuk seluruh umat manusia – Al-Quran terjamin
pemeliharaannya sampai akhir zaman.
5. Fungsi utama beriman kepada kitab
Allah swt adalah sebagai pedoman bagi umat manusia untuk memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat
Iman kepada kitab-kitab Allah
Iman kepada
kitab yang Allah yang di turunkan merupakan salah satu ushul (landasan) iman
dan merupakan rukun iman yang ke-3. Iman yang dimaksud adalah pembenaran yang
disertai keyakinan bahwa kitab-kitab Allah benar. Kitab-kitab tersebut
merupakan kalam Allah ‘Azza wa jalla yang di dalamnya terdapat petunjuk dan
cahaya kepada umat yang turun kepadanya kitab tersebut.
Diturunkanya
kitab merupakan di antara bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya
karena besarnya kebutuhan hamba terhadap kitab Allah. Akal manusia terbatas,
tidak bisa meliputi rincian hal-hal yang dapat memberikan manfaat dan
menimbulkan madharat bagi dirinya. Dan beriman kepada kitab-kitab Allah
merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap orang-orang
muslim.
Iman kepada kitab Allah harus mencakup empat
perkara :
Pertama
: Mengimani bahwa turunnya kitab-kitab
Allah benar-benar dari sisi Allah Ta’ala.
Kedua : Mengimani
nama-nama kitab yang kita ketahui namanya seeprti Al Quran yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa
‘alaihis salaam, dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihis salaam.
Sedangkan yang tidak kita ketahui namanya, kita mengimaninya secara global
Ketiga : Membenarkan
berita-beritanya yang benar, seperti berita mengenai Al Quran, dan berita-
berita lain yang tidak diganti atau diubah dari iktab-kitab terdahulu
sebelum Al Quran.
Keempat : Mengamalkan hukum-hukumnya yang tidak dihapus, serta
ridho dan tunduk menerimanya, baik kita mengetahui hikmahnya maupun
tidak. (Syarh Ushuulil Iman)
PENGERTIAN IMAN KEPADA KITAB ALLAH SWT.
1. Pengertian kitab-kitab Allah SWT
Rukun iman yang
ketiga adalah iman kepada kitab Allah SWT. Arti kata kitab adalah tulisan atau
yang ditulis, berasal dari kata “kataba” yang berarti menulis. Dalam bahasa
Indonesia kitab diartikan buku. Adapun yang dimaksud kitab di sini adalah kitab
suci.
Ada dua jenis
kitab suci:
a. Kitab suci
samawi, yakni kitab suci yang bersumber dari wahyu Allah SWT. dan biasa disebut
Kitabullah (Kitab Allah SWT.). Ada yang berwujud Kitab dan ada yang berwujud
Shahifah atau Shuhuf
b. Kitab suci
ardhi, yakni kitab suci yang tidak bersumber dari wahyu Allah SWT. melainkan
bersumber dari hasil perenungan dan budi daya akal manusia sendiri.
Adapun
pengertian Kitabullah adalah kalam atau firman Allah SWT. yang diwahyukan
melalui malaikat Jibril kepada Nabi dan Rasul-Nya yang mengandung perintah dan
larangan sebagai pedoman hidup bagi ummat manusia.
2. Pengertian
iman kepada kitab-kitab Allah,
Yang dimaksud dengan iman kepada kitab-kitab Allah SWT. yaitu meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada paraNabi
dan Rasul yang berisi wahyu Allah SWT. berupa perintah dan larangan untuk
disampaiakan kepada umat manusia agar diunakan sebagai pedoman hidup di dunia.
3.
Dalil naqli dan aqli terkait dengan iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
a.
Dalil Naqli :
Al-Qur’an
Artinya:
“Dan mereka
yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat”. (QS. Al-Baqarah:4).
Hadits Nabi
SAW.:
Artinya:
“ Beritahukan
aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan
engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, (HR. Muslim).
(dikutip dari himpunan hadits Arba’in karya Imam An-Nawawi)
b.
Dalil Aqli :
Allah SWT Maha
‘Alimun (=Tahu) bahwa manusia adalah makhluk yang dha’if (=lemah). Sedangkan
Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Rahman (=Pengasih) dan Maha Rahim
(=Penyayang). Atas hal itulah Allah SWT berkehendak memberikan bimbingan kepada
manusia agar tetap menjadi makhluk paling mulia di sisi-Nya dengan memberikan
pedoman berupa kitab suci lengkap dengan uswah hasanah (contoh tauladan) yang
berupa seorang Nabi dan Rasul.
4.
Nama-nama kitab Allah SWT. beserta para Nabi dan Rasul yang menerimanya:
KitabØ Taurat
Ada yang
menyebutnya Thoret atau Thora. Diturunkan kepada Nabi Musa AS (=Moses)
abad ke 15 SM untuk Bani Israil dan berbahasa Ibrani.
Kandungan kitab
Taurat:
a.
Perintah mengesakan Allah SWT.
b.
Larangan membuat dan menyembah patung berhala.
c.
Larangan menyebut Nama Allah SWT. Dengan sia-sia.
d.
Perintah mensucikan hari Sabtu.
e.
Perintah menghormati ayah dan ibu.
f.
Larangan membunuh sesama manusia.
g.
Larangan berbuat zina.
h.
Larangan mencuri.
i.
Larangan menjadi saksi palsu.
j.
Larangan mengambil istri orang lain.
KitabØ Zabur
Juga ada yang
menyebut Mazmur maupun Paska. Diturunkan kepada Nabi Dawud AS (=David)
pada abad ke 10 SM untuk Bani Israil dan berbahasa Qibthi.
Kandungan kitab
Zabur:
a.
Do’a
b.
Dzikir
c.
Nasihat
d.
Hikmah
e.
Menyeru kepada ketauhidan
f.
Tidak berisi syari’at.
KitabØ Injil
Ada yang
menamakan Bibel maupun Alkitab. Diturunkan kepada Nabi Isa AS (=Yesus
Kristus) pada awal abad ke 1 M untuk Bani Israil dan berbahasa Suryani.
Kandungan kitab
Injil:
a.
Seruan tauhid kepada Allah SWT.
b.
Ajaran hidup zuhud dan menjauhi kerusakan terhadap dunia.
c.
Merevisi sebagian hukum Taurat yang sudah tidak sesuai.
d.
Berita tentang akan datangnya Nabi akhir zaman bernama Ahmad atau Muhammad.
Al-Qur’an Ø
Nama lainnya
adalah Adz-Dzikru, Al-Furqon, Al-Bayan, Al-Huda, dsb. Diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW (=Ahmad) pada abad 7 M mulai 6 Agustus 610 M untuk pedoman
seluruh manusia dan berbahasa Arab.
Artinya:
“Kami
menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur'an ini
kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk
orang-orang yang belum mengetahui”. (QS. Yusuf: 3)
Dan Rasulullah
pula bersabda seperti apa yang di firmankan oleh Allah SWT.
Artinya: “atas engkau membaca al-Quran adalah cahaya bagimu dibumi
dan simpananmu dilangit.”(HR. Ibn Majah)
•
Menjadikan al-Quran sebagai sumber hukum dan pedoman dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam kehidupan
sehari-hari banyak problem kehidupan yang tidak dapat diatasi oleh
manusia.sepertinya:
- Berbagai
macam jenis penyakit timbul tanpa diketahui cara pengobatannya,
- terjadinya
bencana yang tidak disangka-sangka,
- terjadinya
gejolak sosial,dsb.
Semuanya itu
merupakan dampak sikap sikap manusia yang meninggalkan
al-Quran.
Padahal Rasulullah saw. Telah berpesan dalam sabdanya yang berbunyi:
Artinya:
“kutinggalkan untukmu dua perkara (pusaka), kalian tidak akan tersesat
selama
berpegang kepada keduanya, yaitu (al-Quran) dan sunnnah rasulNya.”(al-Hakim)
5.
Shuhuf-shuhuf yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul.
Disamping
menurunkan kitab suci, Allah SWT. juga telah menurunkan petunjuk-Nya dalam
bentuk lembaran-lembaran yang disebut Shahifah atau Shuhuf.
Artinya:
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu)
Kitab-kitab Ibrahim dan Musa”. (QS. Al-A’la: 18-19)
Shuhuf adalah wahyu yang diturunkan dari Allah SWT. kepada para utusan-Nya
dalam bentuk lembaran (shahifah). Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Hibban dari Abu Dzar R.A., bahwa shuhuf itu hanya bersisi tentang AMTSAL
(=perumpamaan).
Diantara para Rasul yang telah menerima shuhuf dari Allah SWT. adalah:
a. Nabi Adam AS.
: 10 shuhuf.
b. Nabi Syits AS
:
50 shuhuf.
c. Nabi Idris AS.
: 30 shuhuf.
d. Nabi Musa AS. :
10 shuhuf.
e. Nabi Ibrahim AS.
: 10 shuhuf.
6.
Isi pokok dari kitab-kitab Allah
Pada dasarnya
kitab-kitab suci memuat tentang beberapa hal, yakni:
a.
Hukum I’tiqodiyah; hukum tentang keyakinan, seperti iman kepada Allah SWT.,
Malaikat,
Kitab, Rasul, Hari akhir dan Taqdir.
b.
Hukum Khuluqiyah; hukum tentang akhlaq, yakni kewajiban para mukallaf untuk
memperhias diri dengan perilaku utama (akhlaqul karimah) dan menghindarkan diri
dari perilaku tercela (akhlaqul madzmumah).
c.
Hukum ‘Amaliyah; hukum tentang amal perbuatan, yakni segala perkataan,
perbuatan dan tindakan manusia.
7.
Fungsi kitab suci bagi kehidupan sehari-hari:
a.
Menenteramkan hati.
b.
Mempertebal keyakinan.
c.
Menambah ilmu pengetehuan.
d.
Mengetahui riwayat (sejarah) umat masa lampau.
e.
Memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
f.
Menanamkan sikap toleransi terhadap pemeluk agama lain.
8.
Faedah Iman Kepada Kitab Allah
Iman kepada
kitab-kitab Allah akan membuahkan faedah yang agung, di antaranya :
Pertama : Mengetahui perhatian Allah terhadap para
hambanya dengan menurunkan kitab kepada setiap kaum sebagai petunjuk bagi
mereka.
Kedua : Mengetahui hikmah
Allah Ta’ala mengenai syariat-syariat- Nya, di mana Allah telah
menurunkan syariat untuk setiap kaum yang sesuai dengan kondisi
mereka, sebagaimana yang Allah firmankan.
Ketiga: Mensyukuri nikmat Allah berupa diturunkanya
kitab-kitab(sebagai
pedoman dan petunjuk)
9.
Fungsi beriman kepada kitab-kitab Allah SWT diantaranya, yaitu :
1.
Mempertebal keimanan kepada Allah SWT. Karena banyak hal-hal kehidupan manusia
yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan dan akal manusia, maka
kitab-kitab Allah manusia menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan kehidupan manusia, baik yang tampak maupun yang gaib.
2.
Memperkuat keyakinan seseorang terhadap tugas Nabi Muhammad saw. Karena dengan
meyakini kitab-kitab Allah, maka akan percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an dan
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3.
Menambah ilmu pengetahuan. Karena dalam kitab-kitab Allah, disamping berisi
tentang perintah dan larangan Allah, juga menjelaskan tentang pokok-pokok ilmu
pengetahuan untuk mendorong manusia mengembangkan dan memperluas wawasan sesuai
dengan perkembangan zaman.
4.
Menanamkan sikap toleransi terhadap pengikut agama lain. Karena dengan beriman
kepada kitab-kitab Allah, maka umat islam akan selalu menghormati dan
menghargai orang lain.hal ini sesuai apa yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan
Hadits.
Sumber :
Copy Faste dari tulisan di situs internet dengan alamat
Tablodbloger.googlecode.com
Q.S. Al Hadid (57) : 25
لَقَدْ
أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ
وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ
بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ
وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah
mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi
itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha
Perkasa".
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلا مِنْ
قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ
يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami
telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka
isteri-isteri dan keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan
sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada
kitab (yang tertentu)”[777.
[777] Tujuan ayat ini ialah
pertama-tama untuk membantah ejekan-ejekan terhadap Nabi Muhammad s.a.w. dari
pihak musuh-musuh beliau, karena hal itu merendahkan martabat kenabian. keduanya
untuk membantah Pendapat mereka bahwa seorang Rasul itu dapat melakukan
mukjizat yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya bilamana diperlukan, bukan untuk
dijadikan permainan. bagi tiap-tiap Rasul itu ada kitabnya yang sesuai dengan
Keadaan masanya.
أُولَئِكَ الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ فَإِنْ يَكْفُرْ بِهَا هَؤُلاءِ فَقَدْ
وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَيْسُوا بِهَا بِكَافِرِينَ
أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ
فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ قُلْ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلا
ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ
Artinya : “Mereka Itulah orang-orang
yang telah Kami berikan Kitab, hikmat dan kenabian jika orang-orang (Quraisy)
itu mengingkarinya, Maka Sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang
sekali-kali tidak akan mengingkarinya(89).
Mereka Itulah orang-orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah:
"Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)."
Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat”(90).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ
وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ
وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا
Artinya : Wahai orang-orang yang
beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang
Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa
yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.
إِنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ
الْكِتَابَ لِلنَّاسِ بِالْحَقِّ فَمَنِ اهْتَدَى فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ
فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ
Artinya : “Sesungguhnya Kami
menurunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran;
siapa yang mendapat petunjuk Maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan
siapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia semata-mata sesat buat (kerugian)
dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab
terhadap mereka”.
Beriman kepada kitab-kitab Allah swt
termasuk rukun iman yang ketiga. Kitab Allah merupakan kumpulan dari
firman-firman-Nya. Para rasul diberikan kitab oleh Allah swt. Kitab suci yang
wajib kita imani sesuai yang tercantum dalam Al-Qur’an ada empat macam.
Manusia hendaknya dalam kehidupannya
berpedoman terhadap kitab suci untuk meraih kebahagiaan hidup. Kitab suci yang
paling lengkap dan menyempurnakan kitab-kitab suci sebelumnya ialah Al-Qur’an.
Sebagai umat Islam hendaknya tidak hanya sekedar pandai membaca Al-Qur’an. Akan
tetapi senantiasa membaca dan mengamalkan isinya agar hidup bahagia di dunia
sampai akhirat. Al-Qur’an harus dijadikan acuan dalam kehidupan agar mendapat
kesuksesan.
A. PENGERTIAN IMAN KEPADA
KITAB-KITAB ALLAH
Kitabullah adalah kumpulan
wahyu-wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada para rasul yang mengandung
petunjuk dan kebenaran.
Ajaran-ajaran dalam kitabullah tersebut sesuai dengan zamannya. Oleh karena isi
katab-kitab tersebut hanya sesuai untuk zamannya masing-masing, maka isi
kitabullah yang satu berbeda dengan yang lain.
Iman kepada kitab-kitab Allah
artinya mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah swt telah
menurunkan kitab-kitab--Nya kepada para rasul utusan-Nya yang berisi petunjuk
kepada jalan kebenaran agar manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Orang beriman wajib percaya bahwa
Allah menurunkan kitab-Nya kepada para rasul, seperti kitab Taurat kepada Nabi
Musa a.s, kitab Zabur kepada Nabi Daud a.s, kitab Injil kepada Nabi Isa a.s,
dan kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu pada dasarnya kitab-kitab
Allah tersebut satu sama lain ada kaitannya. Contoh hubungan Al Qur’an
dengan kitab Allah SWT lainnya ialah :
a. Menjadi saksi tentang
kebenaran adanya kitab-kitab Allah SWT sebelumnya (Q.S. Al Maidah (5) : 48)
b. Menjawab dan menyelesaikan
perbedaan-perbedaan pendapat para penganut agama sebelumnya (Q.S. An Nahl
(16) : 64)
c. Mengoreksi kitab Allah SWT
sebelumnya yang sudah dirubah oleh manusia yang ingkar. Contoh :
1) Tentang ajaran Trinitas (Q.S. Al
Maidah (5) : 73)
2) Tentang Nabi Isa a.s. (Q.S. Ali
‘Imraan (3) : 49 -59)
3) Tentang penyaliban Nabi Isa a.s.
(Q.S. An Nisa (4) : 157-158)
4) Tentang Nabi Luth a.s. (Q.S. Al
Ankabut (29) : 28-30, Q.S. Al A’raaf (7): 80-84)
5) Tentang Nabi Sulaiman a.s. (Q.S.
Al Baqarah(2) : 102, Q.S. An Naml (27) :14 – 44)
6) Dan sebagainya
Dengan demikian jelas bagi kita
bahwa kedudukan kitab-kitab Allah itu adalah sebagai petunjuk dan pedoman hidup
bagi manusia. Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah pada Surah Al-Baqarah
sebagai berikut:
البقرة :۲
)
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ )
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini
tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (Q.S.
Al-Baqarah (2): 2)
Sebagai petunjuk dan pedoman hidup,
dalam kitab tersebut dijelaskan tentang tata cara hubungan manusia dengan Allah
swt, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan sesama
manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya.
Kewajiban orang mukmin adalah beiman
kepada seluruh kitab-kitab Allah swt, sebagaimana yang tercantum dalam
Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 285. Oleh karena antara kitab satu dengan kitab
yang lainnya saling terkait.
Disamping Allah menurunkan
kitab-kitab-Nya, Allah juga menurunkan suhuf-suhuf kepada para rasul-Nya.
Misalnya kepada Nabi Idris, Ibrahim, Musa, dan lainnya. Suhuf adalah wahyu
Allah yang disampaikan kepada rasul, tetapi masih berupa lembaran-lembaran yang
terpisah. Persamaan dan perbedaan antara kitab dan suhuf yaitu :
Persamaan :
Kitab dan suhuf sama-sama berasal
dari wahyu Allah SWT
Perbedaan :
1) Isi kitab lebih lengkap dari pada
suhuf
2) Kitab dibukukan, sedangkan suhuf
tidak dibukukan
Menurut pendapat yang masyhur,
jumlah kitab Allah sebanyak 104 kitab. Ada juga yang berpendapat kitan Allah
SWT berjumlah 114. Menurut Syeikh Suhaimi, banyaknya kitab itu tidak dapat
dihitung sehingga kita hanya diwajibkan beriman kepada 4 kitab, Taurat, Zabur,
Injil, dan Al Qur’an.
B. DASAR BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB
ALLAH SWT.
Sebagai rukun iman yang ketiga, iman
kepada Kitab-kitab Allah SWT ini memiliki landasan (dalil) dalam
pengambilan hukumnya. Sehingga bagi setiap orang muslim wajib ain hukumnya
beriman kepada kitab-kitab Allah itu. Di antara dalil yang menunjukkan
adanya kewajiban iman kepada kitab-kitab Allah SWT antara lain :
a. Q.S Al-Baqarah (2) ayat 285:
آمَنَ
الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ
بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ
رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ
الْمَصِيرُ
Artinya: “Rasul telah beriman kepada
Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah , malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari
rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali."
b. Q.S. Al-Baqarah (2) ayat 136
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا
أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ
النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا
نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Artinya: “Katakanlah (hai
orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan
anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang
pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
c. Q.S. An-Nisa’ (4) ayat 136
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي
نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ
يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا
Artinya: “Wahai orang-orang
yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang
Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.
d. Hadits
ﻋَﻦْﺣُﻤَﻴْﺪﺑﻦﻋﺒﺪﭐﻟﺮﺣﻤﻦﭐﻟﺤﻤﻴﺮﻱﻗﺎﻝﻗﺎﻝﺭﺳﻮﻝﭐﷲﺹﻡﭐﻹِْﻳْﻤَﺎﻥُأَﻥْﺗُﺆْﻣِﻦَﺑِﺎﷲِﻭَﻣَﻠٰﺌِﻜَﺘِﻪِﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِﻭَﭐﻟْﻴَﻮْﻡِﭐﻵْﺧِﺮِﻭَﺗُﺆْﻣِﻦَﺑِﺎﻟْﻘَﺪَﺭِﺧَﻴْﺮِﻩِﻭَﺷَﺮﱢﻩِ
Artinya : “Dari Humaid bin
Abdurrahman Al Humairi berkata, telah bersabda Rasulullah SAW : ‘’Iman itu
ialah engkau percaya kepada Allah SWT, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan percaya kepada qadar yang baik dan buruk’’.
(H.R. Muslim).
C. ISI POKOK YANG TERKANDUNG DALAM KITAB-KITAB
ALLAH SWT
Adapun secara umum tentang isi pokok
yang terkandung dalam kitab-kitab Allah SWT, keterangannya sebagai berikut :
1. Taurat
Taurat dalam bahasa Ibrani, Thora,
yaitu kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Musa a.s. untuk membimbing
kaumnya Bani Israel. Firman Allah SWT Q.S. Al Israan : 2 ;
وَآتَيْنَا
مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلا تَتَّخِذُوا
مِنْ دُونِي
وَكِيلا
Artinya : Dan Kami berikan kepada
Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil
(dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku”.
Taurat merupakan salah satu dari 3
komponen, yaitu thora, nabiin, dan khetubiin. Tiga komponen ini terdapat
dalam kitab suci agama Yahudi yang disebut Biblia (Al
Kitab). Orang-orang Kristen menyebutnya Old Testament (Perjanjian
Lama). Kitab-kitab dalam perjanjian lama yang termasuk Taurat adalah
kitab Kejadian (Genesis), kitab Keluaran (Exodus), kitab Imamat (Leviticus),
kitab Bilangan (Numbers), dan kitab Ulangan (Deuteronomy). Kitab Taurat
ketika diturunkannya menggunakan bahasa Suryani. Di antara ajaran
pokok dalam Taurat berisi tentang Sepuluh Perintah Tuhan (The Ten
Commandement), yang isinya ialah :
a. Hormati dan cintai satu Allah
b. Sebutlah nama Allah dengan hormat
c. Kuduskanlah hari Tuhan (hari
Sabat).
d. Hormatilah ibu dan bapakmu
e. Jangan membunuh
f. Jangan bercabul / berzina
g. Jangan mencuri
h. Jangan berdusta
i. Janmgan ingin berbuat cabul
j. Jangan ingin memiliki barang
orang lain dengan cara yang tidak halal
2. Zabur
Zabur adalah nama kitab yang
diberikan kepada Nabi Daud a.s., Zabur berasal dari zabara-yazburu-zabur
yang berarti menulis. Zabur dalam bahasa Arab disebut mazmur /
mazamir.
Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi
Daud a.s. dalam bahasa Qibti. Zabur berisi 150 nyanyian
yang disenandungkan Nabi Daud a.s. dengan menggunakan semua pengalaman yang
dialami pada masa hidupnya, seperti : dosa, pengampunan dosa, suka cita dan
kemenangannya atas musuh Allah SWT, dan kemuliaan Allah SWT.
Kitab Zabur merupakan ajaran yang
berisi lima jenis nyanyian, yaitu :
a. Nyanyian kebaktian untuk memuji
Tuhan
b. Nyanyian perorangan sebagai
ucapan syukur kepada Tuhan
c. Ratapan-ratapan jama’ah
d. Ratapan dan doa individu
e. Nyanyian untuk raja
Nabi Daud a.s. menyatakan intisari
kitab Taurat yang berupa sepuluh perintah tetap menjadi pedoman hidupnya
meskipun Allah SWT menurunkan kitab Zabur kepadanya.
3. Injil
Kitab Injil adalah kitab yang
diturunkan kepada Nabi Isa a.s. dalam bahasa Ibrani. Kitab ini
isi kandungannya memuat beberapa ajaran pokok, antara lain :
a. Perintah agar kembali kepada
Tauhid yang murni (mengesakan Allah).
b. Ajaran yang menyempurnakan kitab
Taurat (tidak menghapuskan hukum yang terkandung dalam kitab Taurat).
c. Ajaran agar hidup sederhana
(zuhud) dan menjauhi sifat tamak (rakus).
d. Pembenaran terhadap kitab-kitab
yang datang sebelumnya.
e. Menyampaikan akan kedatangan
rasul setelahnya.
Kitab Injil yang sekarang berbeda
dengan kitab Injil yang diterima Nabi Isa a.s., karena bentuknya yang sekarang
ada sejumlah pengikut Nabi Isa a.s. yang memasukkan karangannya ke dalam kitab
Injil. Mereka itu adalah Matius, Markus, Lukas, dan Yahya (Yohanes). Oleh
karena itu Injil tersebut dinamakan sesuai dengan pengarangnya yaitu : Injil
Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yahya/Yohanes.
Pada mulanya terdapat kurang lebih
70 buah kitab Injil. Injil sebanyak itu pada umumnya membawakan isi yang
simpang siur satu sama lain. Ketika diadakan Synodes (muktamar gereja-gereja)
di Nicea pada tahun 325 M, diputuskan hanya empat Injil di atas yang
diakui gereja. Injil yang tidak diakui gereja disebut Apocrypha,
yaitu injil-injil yang tertolak.
Adapun injil-injil yang dinyatakan
tertolak, antara lain adalah :
1) Injil Petrus
2) Injil Ibrani
3) Injil Thomas
4) Injil Yakobus
5) Injil Barnabas
6) Injil Dua Belas
7) Injil Yudas Iskariot
8) Injil Andreas
9) Injil Bartholomeus
10) Injil Nikodemus
11) Injil Marthias
12) Injil Ebionea
13) Injil Philip
14) Injil Maria
15) Injil Apeles
16) Injil Marcion
17) Injil Yakobus Kecil
18) Injil Orang-0rang Mesir
Di antara kitab Injil yang
disebutkan di atas, yang isinya mirip dengan keterangan dalam ayat suci Al
Qur’an adalah Injil Barnabas. Adapun ajaran Injil Barnabas adalah sebagai
berikut :
a) Yesus tidak disalib, yang disalib
sebenarnya ialah Yudas Iskariot yang diserupakan oleh Tuhan (baik rupa dan
suaranya). Yesus sendiri naik ke langit bersama malaikat.
b) Yesus bukan anak Allah, bukan
pula Tuhan, tetapi seorang rasul Allah.
c) Messias (ratu adil atau juru
selamat) atau Al Masih yang dinanti-nantikan, bukanlah Yesus, tetapi Nabi
Muhammad s.a.w. nabi dan rasul Allah yang terakhir.
d) Putera Ibrahim yang akan
disembelih karena perintah Allah ialah Ismail, bukan Ishaq, seperti yang
tersebut dalam perjanjian lama yang ada sekarang
4. Al Qur’an
Al Qur’an merupakan kitab suci umat
Islam, Al Qur’an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
s.a.w. sebagai nabi terakhir merupakan mukjizat bagi yang membacanya bernilai
ibadah dengan mendapat pahala. Dinamakan Al Qur’an karena ia merupakan kitab
suci yang wajib dibaca (minimal di dalam sholat), dipelajari, dan merupakan
ajaran-ajaran wahyu terbaik. Selain itu, Al Qur’an juga dinamakan Al Kitäb
(ketetapan atau tulisan), Aż Żikru (peringatan), An Nűr (cahaya yang
menerangi), Al Furqän (pembeda antara yang benar dan salah), dan sebagainya.
Al Qur’an diturunkan mempunyai
tujuan untuk menyempurnakan kitab-kitab terdahulu (Taurat, Zabur, dan Injil).
Dengan diwahyukan Al Qur’an, habis masa berlakunya kitab-kitab itu. Masa
berlaku Al Qur’an sampai hari kiamat.
Dengan demikian, arti kepercayaan
kita kepada kitab-kitab Allah SWT dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Percaya terhadap kitab Taurat,
Zabur, dan Injil yang asli dengan konsekwensi tidak mengamalkan isinya karena
masa berlaku kitab tersebut telah habis.
b) Percaya kepada ketiga kitab
tersebut bahwa kitab-kitab itu merupakan wahyu dari Allah SWT, sebelum ditambah
dan diubah oleh manusia sebagaimana sekarang ini.
c) Terhadap kitab Taurat, Zabur, dan
Injil yang terhimpun dalam Bible atau AlKitab, kita tidak wajib mempercayainya,
apalagi mengamalkan ajarannya.
d) Terhadap kita suci Al Qur’an,
kita harus percaya dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya isi yang terkandung
dalam kitab-kitab Allah SWT, perinsipnya sama, yaitu :
i. Mengajak manusia agar tidak
menyekutukan Allah SWT atau menanamkan jiwa tauhid.
ii. Mendidik dan membimbing kejalan
yang benar sehingga dapat hidup bahagia, dan sejahtera di dunia dan di akhirat.
iii. Mengajak manusia untuk
melaksanakan perintah-Nya.
iv. Mengajak manusia agar
meninggalkan larangan-Nya.
v. Menjelaskan tentang janji-janji
Allah bagi yang mematuhi perintah-Nya.
vi. Menjelaskan tentang ancaman bagi
yang melanggar larangan-Nya.
D. KEDUDUKAN KITAB-KITAB ALLAH
1. Sebagai pedoman hidup bagi
manusia dalam hubungan manusia dengan Allah swt
Firman Allah dalam Q.S. Az-Zariyat
(51) ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ
إِلا لِيَعْبُدُونِ
( الذاريات :٥٦ )
Artinya: “Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”.
2. Sebagai pedoman hidup manusia
dalam hubungan terhadap dirinya sendiri
Firman Allah dalam Q.S. Az-Zariyat
(51) ayat 21
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا
تُبْصِرُونَ
( الذاريات :۲۱ )
Artinya: “Dan (juga) pada dirimu
sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan”. (Q.S. Az-Zariyat : 21)
Dalam Q.S. At-Tahrim (66) : 6
dinyatakan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
( التحريم( ٦٦ ): ٦ )
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim (66) : 6)
3. Hubungan manusia dengan manusia
Prinsip dasar ajaran Islam tentang
hubungan dengan sesama manusia adalah bekerjasama dalam kebaikan, bukan dalam
kejahatan. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah (5) : 2 sebagai
berikut:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ
( المائدة :۲ )
Artinya: “Dan tolong menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan …”. (Q.S. Al-Maidah : 2)
Disebutkan juga dalam Q.S. Luqman
(31) ayat 20, Q.S. Az-Zukhruf (43) ayat 32, Q.S. Saba’ (34) ayat 28.
4. Sebagai pedoman hidup manusia
dalam hubungannya dengan alam dan lingkungannya
Sesuai firman Allah swt dalam Surah
Luqman (31) ayat 20
أَلَمْ
تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ
وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ
يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلا هُدًى وَلا كِتَابٍ مُنِيرٍ
( لقمان : ۲۰ )
Artinya: “Tidaklah kamu
memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan yang ada
di bumi untuk (kepentingan) mu, dan mnyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan
batin …” (Q.S. Luqman : 20)
Kemudian dalam Surah Hud (11)
: 61 Allah berfirman:
….. هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ
الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا ……..
…( هود : ۱ ٦ )
Artinya: “… Dia telah
menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya …”. (Q.S. Hud
(11): 61)
Kemudian dalam Surah Al-Qasas (
28 ) : 77 dikatakan:
… . وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ
اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ
الْمُفْسِدِينَ
( القصص:٧٧ )
Artinya: “Dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang
berbuat kerusakan”. (Q.S. Al-Qasas (28) : 77)
Dalam Suarah Ar-Rum (30) : 41
dikatakan lebih jelas lagi sebagai berikut:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
( الروم:٤۱ )
Artinya: “Telah tampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah
menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S. Ar-Rum (30) : 41)
E. FUNGSI IMAN KEPADA KITAB-KITAB
ALLAH
1. Dalam kehidupan pribadi
Dengan meyakini kebenaran kitab
Allah swt sebagai pedoman hidup dapat berfungsi sebagai stabilisator dalam
hidup dan kehidupannya
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ
هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
( البقرة:۲ )
Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini
tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S.
Al-Baqarah (2) : 2)
Dalam ayat yang lain:
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
( البقرة:۵ )
Artinya: “Mereka itulah yang
tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang
beruntung”. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 5)
2. Dalam kehidupan bermasyarakat
Manusia hendaknya saling menghargai,
menghormati, dan memandang bahwa manusia itu adalah sama, tidak ada yang lebih
tinggi atau yang lebih rendah.
Sesuai firman Allah dan Q.S.
Al-Hujurat (49) : 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
( الحجرات:۱۳ )
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh,
Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui Maha teliti”. (Q.S.
Al-Hujurat(49): 13)
3. Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
Iman kepada kiatab-kitab Allah dalam
pengamalannya mengajarkan kepada umat manusia untuk memajukan bangsa dan
negaranya sesuai bidangnya masing-masing. Maju atau mundurnya suatu bangsa dan
negara tergantung pada sikap dan mental warga negaranya. Sesuai Q.S. Ar-Ra’d
(13) ayat 11.
Sedangkan secara umum fungsi iman
kepada Kitab-kitab Allah itu ialah :
1. Mempunyai iman yang kukuh dan
mantap
2. Selalu mendapat hidayah beribadah
kepada Allah
3. Sabar dalam menerima cobaan dan
syukur ketika mendapat nikmat
4. Mempunyai kepekaan dan kepedulian
sosial yang tinggi
5. mempunyai sikap optimis dalam
beribadah kepada Allah
Adapun tanda-tanda penghayatan
terhadap iman kepada kitab suci Allah dalam perilaku sehari-hari:
a. Meyakini dengan sepenuh hati,
bahwa agama Islam adalah agama yang paling haq (benar). (Q.S. Ali-Imran (3) :
19 dan 85, Q.S. At-Taubah (9) : 122, Q.S. Aś-Śåf (61) : 8-9)
b. Terhadap diri sendiri, untuk
memerhatikan kesehatan jasmani dengan cara berusaha dan bekerja untuk mencari
nafkah dan menjauhi perbuatan dosa.
c. Bagi yang telah berkeluarga, ia
akan memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya sesuai dengan posisinya.
(Q.S. At-Tahrïm (66) : 6)
d. Timbul sikap peduli untuk saling
mengerti dan berbuat baik terhadap orang lain dan lingkungannya.
e. Memiliki rasa tanggung jawab
terhadap bangsa dan negara. Menjadikan bangsa yang dapat mandiri dan terbebas
dari pengaruh dan tekanan dari mana pun. Sehingga menjadikan bangsa yang
bermartabat dalam pergaulan antar bangsa. (Q.S. Al-A’räf (7): 96)
F. KITAB SUCI AL-QUR’AN
1. Arti Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa berarti
bacaan atau yang dibaca. Adapun menurut istilah yaitu kalamullah (firman-firman
Allah SWT) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw lewat Malaikat Jibril yang
merupakan mukjizat, ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawir serta
termasuk ibadah bagi yang membacanya. Orang yang dalam hidupnya selalu
berpedoman terhadap Al-Qur’an niscaya hidupnya akan mendapatkan kebahagiaan
sampai akhirat. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT secara bertahap atau
berangsur-angsur, diturunkan selama lebih kurang 23 tahun, atau tepatnya 22
tahun 2 bulan dan 22 hari.
Wahyu Al-Qur’an yang pertama turun
ialah Surah Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5 ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat di
Gua Hira’ dan pada malam tanggal 17 Ramadhan turunlah wahtu Al-Qur’an yang
pertama tersebut, sedangkan yang terakhir turun ialah Surah Al-Maidah ayat 4
pada saat Rasulullah saw sedang melaksanakan ibadah haji di Mekah, tepatnya
ketika sedang wukuf di Arafah.
2. Cara-cara Alqur’an diturunkan
Nabi Muhammad saw dalam menerima
wahyu Al-Qur’an mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, diantaranya ialah:
a. Malaikat Jibril memasukkan wahyu
kedalam hati Nabi Muhammad saw , cara seperti ini beliau tidak melihat sesuatu
apapun, hanya beliau merasa sudah berada saja dalam kalbunya. Hal ini sesuai
dengan Surah Asy-Syura’ ayat 51.
b. Malaikat Jibril menampakkan diri
seperti laki-laki dan mengucapkan kata-kata kepadanya, sehingga beliau
mengetahui dan hafal benar kata-kata itu (seperti ketika menerima wahyu yang
pertama kali)
c. Wahyu turun kepada beliau seperti
gemerincingnya lonceng. Cara ini adalah yang amat berat dirasakan oleh Nabi
Muhammad saw. Kadang-kadng pada keningnya bercucuran keringat, meskipun ketika
turunnya wahyu tersebut pada saat musim dingin.
d. Malaikat menampakkan dirinya
kepada Nabi Muhammad saw tidak seperti orang laki-laki, akan tetapi benar-benar
menmpakkan dirinya dengan rupa yang aslinya. Hal ini seperti dijelaskan di
dalam Al-Qur’an Surah An-Najm ayat 13-14.
3. Ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat
Madaniyah
Ditinjau dari segi turunnya,
Al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah.
a. Ayat Makkiyah yaitu ayat-ayat
yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah.
b. Ayat Madaniyah yaitu ayat-ayat
yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah.
Ayat-ayat Makiyah dari isi 19/30
Al-Qur’an yang terdiri atas 86 surah, sedang ayat-ayat Madaniyah dari
11/30 isi Al-Qur’an terdiri dari 28 surah.
4. Surah-surah dalam Al-Qur’an
Surah-surah dalam Al-Qur’an ditinjau
dari segi panjang dan pendeknya terbagi atas empat bagian, yaitu:
a. As-Sab’ut Ťiwäl, artinya ialah
tujuh surah yang panjang, yaitu terdiri dari: Surah Al-Baqarah, Ali-Imran,
An-Nisa’, Al-A’raf, Al-An’am, Al-Maidah, dan Yunus.
b. Al-Mi’űn yaitu surah-surah yang
berisi kira-kira seratus ayat lebih, seperti Surah Hud, Yusuf, Al-Mu-min dan
sebagainya.
c. Al-Mašänï, yaitu surah-surah yang
berisi kurang sedikit dari seratus ayat. Seperti: Al-Anfal, Al-Hijr.
d. Al-Mufassal, yaitu surah-surah
yang pendek, misalnya: Ad-Dhuha, Al-Asr, Al-Ma’un, Al-Kausar, Al-Ikhlas, dan
sebagainya.
5. Kedudukan Al-Qur’an
Kedudukan Al-Qur’an sebagai wahyu
Allah berfungsi sebagai mukjizat Rasulullah Muhammad saw, yang tak dapat ditiru
manusia (Q.S. Yunus (10) : 38), sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim dalam
megakkan keadilan (Q.S. Al-Maidah (5) : 49) dan sebagai korektor dan
penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya (Q.S. Al-Maidah (5) :
48) yang bernilai abadi.
a. Sebagai mukjizat Rasulullah s.a.w
Al-Qur’an merupakan mukjizat
terbesar yang dikaruniakan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an mudah
dimengerti, indah didengar, tidak membosankan ketika dibaca dan dihafal oleh
berjuta-juta umat di dunia ini, indah susunan dan gaya bahasanya, isi dan
kandungannya bernilai lengkap dan universal. Keistimewaannya adalah tidak ada seorang
pun yang mampu berbuat sesuatu ayat atau karangan yang sama nilainya dengan
Al-Qur’an.
Firman Allah swt dalam Surah
Al-Isra’ (17) : 88
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ
وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ
بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
( الإسراء:۸۸ )
Artinya: “Katakanlan,
“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan)
Al-Qur’an ini mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun
mereka saling membantu satu sama lain. ” (Q.S. Al-Isra’(17): 88)
b. Sebagai pedoman hidup
Al-Qur’an sebagai petunjuk dan
pedoman hidup yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi seluruh umat
manusia sampai akhir zaman. Ajarannya senantiasa dipelihara kebenaran dan
kemurniannya oleh Allah swt, karena mengandung segala hal yang diperlukan oleh
manusia (akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah) sebagaimana firman-Nya dalam
Q.S. Ibrahim (14) : 1.
…… الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ
إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
( إبراهيم :۱ )
Artinya: “Alif lam ra. (ini
adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan
manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang …”. (Q.S. Ibrahim: 1)
c. Sebagai korektor dan penyempurna
Al-Qur’an membenarkan, melengkapi,
mengoreksi, dan menjelaskan kitab-kitab Allah yang terdahulu tentang ajaran
yang belum sempurna, dan yang telah diubah atau dipalsukan oleh manusia. Firman
Allah Q.S. Al-Maidah: 48
…. وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
( المائدة :٤۸ )
Artinya: “Dan Kami telah
menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang
membenarkan kita-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya …”. (Q.S.
Al-Maidah(5) : 48)
Sebagai contoh koreksi-koreksi yang
dikemukakan Al-Qur’an, antara lain:
1) Tentang ajaran Trinitas (Q.S.
Al-Maidah (5) : 73)
2) Tentang Nabi Isa (Q.S. Ali-Imran
(3) : 49-59)
3) Tentang penyaliban Nabi Isa (Q.S.
An-Nisa’ (4) : 157-158), Ali-Imran (3) : 155)
4) Tentang Nabi Lut (Q.S. Al-Ankabut
(29) : 28-30), Q.S. Al-A’raf (7) : 80-84)
5) Tentang Nabi Harun (Q.S. Taha
(20) : 90-94)
6) Tentang Nabi Sulaiman (Q.S.
Al-Baqarah (2) : 102 dan Q.S. An-Naml (27) : 15-44)
6. Isi Al-qur’an terpelihara
keasliannya
a. Jaminan Allah untuk memelihara
kemurnian Al-Qur’an
1) Pada masa Nabi Muhammad saw
a. Melalui hafalan dan penghafal
Al-Qur’an
Nabi menganjurkan agar ayat-ayat
Al-Qur’an dihafal dan dibaca terutama dalam salat, agar ayat-ayat tetap
diingat. Untuk memelihara hafalan mereka, Rasulullah saw mengadakan pengulangan
terhadap para sahabat dengan cara membaca/menghafal ayat Al-Qur’an.
Pengulangan/repetisi hafalan nabi dilakukan oleh malaikat Jibril minimal 1 kali
setahun.
b. Dari naskah yang diberikan oleh
Nabi saw
Setiap Nabi Muhammad saw menerima
wahyu, beliau menyuruh agar ayat-ayat itu dituliskan di batu, kulit, pelepah
kurma, dan apa saja yang bisa digunakan untuk menulis. Nabi menerangkan susunan
ayat yang mesti ditulis dan melarang menulis selain ayat-ayat Al-Qur’an seperti
hadis dan penjelasan yang mereka terima dari Rasulullah saw. Larangan ini
dengan maksud agar Al-Qur’an tetap terpelihara kemurniannya dan tidak bercampur
dengan yang lainnya.
c. Dari naskah yang ditulis oleh
yang pandai membaca dan menulis
Rasulullah saw sangat menghargai dan
menghormati kepandaian seseorang dalam menulis dan membaca Al-Qur’an. Tawanan
Nabi dalam perang Badar dapat dibebaskan dengan mengajari membaca dan menulis
10 orang muslim sebagai tebusan. Dengan demikian bertambah banyak orang-orang
yang mahir menulis dan membaca ayat-ayat yang telah diturunkan, baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
2) Pada masa para sahabat
Dimasa pemerintahan khalifah Usman
bin Affan (23-35 H/664-56 M), khalifah meminta kepada Hafsah binti Umar
lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ditulis dimasa Khalifah Abu Bakar untuk
disalin. Kemudian Khalifah Usman membentuk panitia penulis yang terdiri dari
Zaid bin Sabit sebagai ketua dengan anggota-anggotanya: Abdullah bin Zubair,
Said bin As, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam. Tugas panitia ini adalah
membukukan Al-Qur’an dengan menyalin 5 buah lalu disebarluaskan ke Mekah,
Syiria, Basrah, dan Kufah, agar diperbanyak dan disalin. Satu buah ditinggalkan
di Madinah untuk Khalifah Usman sendiri. Itulah yang dinamakan “Mushaf
Usmani”.
Demikian Al-Qur’an itu dibukukan
pada masa sahabat. Semua mushaf yang diterbitkan kemudian harus disesuaikan
dengan mushaf Al-Imam. Usaha untuk menjaga kemurnian Ai-Qur’an itu tetap
dilakukan oleh kaum muslimin di seluruh dunia sampai pada generasi sekarang.
3) Di Indonesia
Usaha-usaha untuk kemurnian
Al-Qur’an di Indonesia dilakukan dengan berbagai macam cara.
a) Membentuk Lajnah Pentashih Mushaf
Al-Qur’an yang bertugas meneliti semua mushaf sebelum diedarkan kepada
masyarakat. Panitia ini bergabung di bawah pengawasan Departemen Agama.
Pemerintah telah mempunyai Al-Qur’an pusaka yang berukuran 1 x 2 m yang
merupakan standar dalam penerbitan Al-Qur’an di Indonesia yang telah
disesuaikan dengan mushaf Al-Imam. Setiap satu tahun sekali pemerintah
mengadakan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dengan cabang lomba yaitu:
(1) Tilawatil (membaca)
(2) Tahfiz (hafalan)
(3) Syarhil (penguraian makna dan
materi ayat)
(4) Khat (penulisan)
(5) Fahmil (pemahaman isi dan
kandungan Al-Qur’an)
(6) Murottal (bacaan bagi anak-anak
dengan usia tertinggi 18 tahun)
b) Mendirikan Taman Pendidikan
Al-Qur’an, Pesantren Al-Qur’an, Lembaga Penghafal Al-Qur’an, Perguruan Tinggi
Al-Qur’an, sebagai usaha dalam meningkatkan kemampuan baca tulis, pemahaman
pengkajian ilmu-ilmu Al-Qur’an sekaligus memelihara dan menjaga kemurnian
Al-Qur’an dari segala macam campur tangan manusia. Sehingga Al-Qur’an yang
dimiliki kaum muslimin sama persis dengan Al-Qur’an yang diturunkan Allah swt
kepada Nabi Muhammad saw. Terbuktilah jaminan Allah swt, bahwa Al-Qur’an akan
tetap terpelihara selamanya.
7. Kandungan Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman
hidup bagi mereka yang ingin mencapai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat.
Ajaran Al-Qur’an begitu luas dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Secara garis
besar isi Al-Qur’an mencakup:
a. Akidah/Keimanan
Al-Qur’an memberikan tuntutan yang
jelas, terang, sempurna, dalam meyakini ke Mahaesaan Allah swt.
…َ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا
إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
( التوبة :31 )
Artinya: “… padahal mereka hanya
disuruh menyembah Tuha Yang Mahaesa, tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia
dari apa yang mereka persekutukan”. (Q.S. At-Taubah(9): 31)
b. Ibadah
Ibadah dalam arti khusus adalah
hubungan manusia (makhluk) dengan Allah (Khaliq) dikerjakan semata-mata dengan
niat ikhlas untuk mencapai keridhaan Allah dan sesuai dengan syariat seperti
yang tercakup dalam Rukun Islam yang kelima, yakni syahadat, salat, zakat,
puasa, dan haji.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
( البقرة :۲۱ )
Artinya: “Wahai manusia!
Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu,
agar kamu bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 21)
c. Akhlak
Al-Qur’an memberikan tuntunan agar
manusia bersikap dan berperilaku yang baik dan terpuji (akhlakul karimah)
dengan menjauhi sikap dan perilaku tercela (akhlakul mazmumah). Profil akhlakul
karimah sudah terdapat pada diri Rasullullah saw untuk kita jadikan contoh dan
suri tauladan.
Firman Allah swt Q.S. Al-Ahzab (33)
: 21
…لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
(الأحزاب :۲۱ )
Artinya: “Sungguh, telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu …”. (Q.S.
Al-Ahzab(33):21)
d. Mu’amalah
Mu’amalah dalam Al-Qur’an adalah
penuntun dalam pergaulan dan pemenuhan kebutuhan antara sesama manusia sebagai
makhluk sosial, seperti perdagangan, pertanian, perindustrian, dan lain-lain.
Firman Allah swt dalam Q.S. Ql-Baqarah (2) : 282 ;
…… يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
( البقرة :۲٨۲ )
Artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan,
hendaklah kamu menuliskannya”. (Q.S. Al-Baqarah(33): 282)
e. Syariah
Hukum syariah di dalam Al-Qur’an
menyangkut hubungan lahiriah antara manusia dengan Allah, antar sesama manusia
dan antara manusia dengan alam sekitarnya, yang garis besarnya terdiri dari:
1) Hukum ibadah, yaitu
ketentuan-ketentuan hubungan antara manusia dengan Allah swt (salat, puasa,
zakat, dan haji)
2) Hukum munakahat
(perkawinan/pernikahan)
3) Hukum Faraid (warisan)
4) Hukum muamalah dan hukum perdata
5) Hukum jinayat (ketentuan tentang
tindak kejahatan jiwa, pencurian, perampokan, pembunuhan)
6) Hukum jihad (ketentuan tentang
perang, dsb)
f. Tarikh (kisah-kisah)
Al-Qur’an banyak mengandung
kisah-kisah perjalanan umat-umat terdahulu, baik yang taat dan patuh, maupun
yang ingkar dan durhaka adalah menjadi pelajaran berharga bagi umat-umat
sesudahnya. (Q.S. Yusuf (12) :111)
g. Tazkir (peringatan)
Al-Qur’an dalam memperingatkan umat
manusia menggunakan dua cara yaitu:
1) Wa’ad dan wa’id yaitu janji baik
terhadap orang yang beriman dan janji buruk (ancaman) terhadap orang yang
ingkar. (Q.S. Az-Zumar (39) : 71-73)
2) Targhib dan tarhib yaitu gambaran
yang menyenangkan dan gambaran yang menakutkan tentang nikmat dan siksa di
akhirat. (Q.S. Al-Anbiya’ (21) : 90)
h. Dasar-dasar pengembangan ilmu
pengetahuan
Al-Qur’an banyak memberi petunjuk
dan dorongan untuk memikirkan dan meneliti alam semesta agar bermanfaat untuk
keperluan pembangunan dan kemakmuran umat manusia. Firman Allah swt
……. قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
( يونس :۱۰۱ )
Artinya: “Katakanlah,
“Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!”. (Q.S. Yunus (10) :101)
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ
اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ
( الرحمن :۳۳ )
Artinya: “Wahai golongan jin dan
manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka
tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari
Allah).” (Q.S. Ar-Rahman(55): 33)
Di dalam Al-Qur’an terdapat
ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, antara lain:
1) Bidang Astronomi (Q.S. Ar-Rahman
(55) : 33)
2) Bidang Psikologi (Q.S. Asy-Syams
(91) : 7-10)
3) Bidang Biologi (Q.S. Al-Mu’minun
(23) : 12-14)
4) Bidang Gizi (Q.S. An-Nahl (16) :
66)
5) Bidang Teknologi (Q.S. Al-Hadid
(57) : 25)
6) Bidang Kesehatan (Q.S. An-Nahl
(16) : 65-69)
7) Bidang Geografi (Q.S. Ar-Rahman
(55) : 19-20)
8) Dan masih banyak lagi
contoh-contoh lainnya
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang
universal dan bertaraf global mengarah dan mendorong manusia agar sukses dalam
menempuh kehidupan ini. Supaya berhasil mencapai mufakat kemanusiaan yang
sempurna, maka diperlukan keterpaduan penguasaan ilmu pengetahuan yang didasari
oleh Iman dan Taqwa (imtaq).
8. Menunjukkan sikap dan perilaku
yang mencerminkan penghayatan terhadap iman pada Al-Qur’an
Ada dua jalan yang ditawarkan
Al-Qur’an untuk kehidupan ini (Q.S. Al-An’am (6) : 153), Q.S. Hud (11): 112,
yaitu:
a. Jalan Hasanah
Berpegang teguh kepada ajaran Allah
akan mendapat petunjuk (Q.S. Ali-Imran (3) : 101, Q.S. An-Nisa’ (4):175).
Polanya mengikuti Sunah Rasul (Q.S. Al-Ahzab (33) : 21), hasil yang akan
didapat hasanah di dunia dan hasanah di akhirat. (Q.S. Al-Baqarah
(2) : 201)
b. Jalan Su’ul Ma’ab/Fukur (Q.S.
Al-An’am (6) : 153)
Jalan yang simpang siur/sesat
seperti kafir (Q.S. Al-Baqarah (2) : 6-7), musyrik (Q.S. An-Nisa’ (4) : 36),
fasiq (Q.S. Al-Baqarah (2) : 26), zalim (Q.S. Ibrahim (14) : 27), berbuat
maksiat (Q.S. Ar-Rum (30) : 10), dengan mengikuti setan (Q.S. Maryam (19) :
83), hasil yang didapat adalah tempat yang buruk (Q.S. Ali-Imran (3) : 196-197)
Al-Qur’an memberikan
kebebasan/kemerdekaan untuk menentukan pilihan. Al-Qur’an memberikan
rambu-rambu peringatan agar manusia tidak terperangkap pada pilihan yang salah
atau memilih sistem hidup jahiliyah.
a. Belajar pada lingkungan/sejarah
(memilih fakta) (Q.S. Ar-Rum (30) : 8-10)
b. Tidak tertipu oleh tipu daya
orang kafir (Q.S. Ali-Imran (3) : 196, Q.S. At-Taubah (9) : 55, Q.S. Ali-Imran
(3) : 119)
c. Tidak terperangkap dengan kondisi
lingkungan (Q.S. Al-An’am (6) : 116, Q.S. Hud (11) : 15-17)
d. Bersikap kritis dan tidak pasrah
pada kenyataan (Q.S. Al-Isra’(17) : 36, Q.S. Al-Maidah (5) : 104)
e. Tidak terperangkap/melibatkan
pada pola jahiliyah (Q.S. Al-Maidah (5) : 50, Q.S. Al-Baqarah (2) : 170)
f. Berakhlak sebagai pewaris
Al-qur’an dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mau mendengarkan Al-Qur’an (Q.S.
Al-A’raf (7) : 204, Q.S. Al-Maidah (5) : 83)
2) Gemar membaca Al-Qur’an (Q.S. Al-Isra’
(17) : 45-46)
1) Membaca sesuai tajwid (Q.S.
Al-Muzzammil (73) : 4)
2) Membaca Al-Qur’an dengan
mengetahui terjemahannya (Q.S. Al-Anfal (8) : 2)
3) Membaca Al-Qur’an dengan memahami
dan menghayati agar berkah (Q.S. Sad (38) : 29)
3) Selalu bertadabbur dan mengikuti
Al-Qur’an (Q.S. Al-Qasas (28) : 17)
4) Selalu mengajarkan dan
menyebarkan Al-Qur’an (Q.S. Al-Isra’ (17) : 9, Q.S. Maryam (19) : 97)
Ada hikmah yang bisa direnungi
mengapa Allah menurunkan Al Qur’an kepada umat manusia, di antaranya sebagai
berikut :
1. Menjadikan manusia tidak
kesulitan dalam menjalani kehidupan (Q.S. Maryam (19) : 33)
2. Mencegah dan mengatasi
perselisihan di antara sesama manusia yang disebabkan perselisihan perbedaan
pendapat dan merasa bangga apa yang dimilikinya masing-masing (Q.S. Yunus (10)
: 19, Q.S. Hud (11) : 118, Q.S. Al Isra (17) : 53)
3. Sebagai petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan bertaqwa (Q.S. Al Baqarah (2) : 2-3, Q.S. Ali
‘Imran (3) : 138, Q.S. Ibrahim (14) : 52)
4. Membenarkan adanya kitab-kitab
sebelumnya (Q.S. Al Maidah (5) 48)
5. Menginformasikan bahwa setiap
umat pada nabi/rasul terdahulu mempunyai syarti’at (aturan) dan jalannya
masing-masing dalam menyembah Allah (Q.S. Al Baqarah (2) : 148, Q.S. Al Hajj
(22) : 67, Q.S. An Nuur (24) : 41)
6. Menginformasikan bahwa Allah
tidak menyukai ajaran tauhid-Nya dipecah belah (Q.S. Al Hijr (16) : 90-91, Q.S.
Al Anbiya (21) : 92-93, Q.S. Al Mukminun (23) : 52-54)
7. Menginformasikan
perintah/larangan Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan, juga taqdir
serta sunnatullah untuk seluruh manusia dan pelajaran bagi yang bertaqwa.
8. Sebagai kumpulan petunjuk Allah
bagi seluruh manusia sejak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad s.a.w.
G. HIKMAH BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB
ALLAH
Beriman kepada kitab-kitab Allah
akan memberikan hikmah dalam kehidupan orang-orang yang mengimaninya. Di antara
hkimah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dijauhkan dari kesulitan hidup,
selamat dunia dan akhirat serta mendapat ridlo Allah SWT (Q.S. Thoha (20) : 2)
2. Semakin yakin untuk berperilaku
sesuai dengan kitab Allah SWT, tentu seorang muslim berperilaku sesuai dengan
ajaran Al Qur’an yang dicontohkan Rasulullah s.a.w. (Q.S. Al Ahzab (33) : 21)
3. Yakin bahwa Allah SWT tidak akan
membiarkan makhluk-nya di dunia hidup tanpa arah. (Q.S. Al Maidah (5) :16)
4. Diturunkan kepada hamba-Nya
sesuai dengan karakter masing umat-Nya masing-masin g (Q.S. Ibrahim (14) :4)
5. Dapat memberikan ketenangan dan
ketentraman dalam hidup (Q.S. Ar Ra’d (13): 28)
H. PENERAPAN SIKAP PERILAKU BERIMAN
KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Semakin dalam seseorang imannya itu,
bila tercermin dari sikap perilaku dalam sehari-hari nampak dari kehidupannya.
Di antara sikap perilaku penerapan sikap perilaku beriman kepada kitab-kitab
Allah SWT sebagai berikut :
1. Optimis dalam beribadah kepada
Allah SWT atas segala usaha yang dilakukannya karena percaya pertolongan Allah
SWT sangat dekat kepada orang yang berbuat baik (Q.S.Al A’raaf (7) : 56)
2. Selalu bersyukur bila mendapat
nikmat (Q.S. Ibrahim (14) : 7)
3. Tabah dan sabar bila mendapat
musibah dan cobaan (Q.S. Al Baqarah (2) : 155-157)
4. Senantiasa meminta pertolongan
kepada Allah dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara (Q.S. Al
Fatihah (1) : 5)
5. Sebagai pedoman dan contoh
perilaku di masyarakat (Q.S. Ali ‘Imran (3) : 110)
6. Mendorong seseorang untuk
melakukan hal-hal yang baik bagi masyarakat (Q.S. Ali ‘Imran (3) : 104)
7. Sebagai motivator, dinamisator,
dan stabilisator dalam kehidupan, sehingga hubungan terjalin secara serasi,
selaras dan seimbang. http://syaunarahman.wordpress.com
Di antara sikap perilaku penerapan sikap perilaku beriman
kepada Allah SWT sebagai berikut: [1][10]
1.
Optimis dalam beribadah kepada Allah
SWT atas segala usaha yang dilakukannya karena percaya pertolongan Allah SWT
sangat dekat kepada orang yang berbuat baik (Q.S.Al A’raaf (7) : 56)
2.
Selalu bersyukur bila mendapat
nikmat (Q.S. Ibrahim (14) : 7)
3.
Tabah dan sabar bila mendapat
musibah dan cobaan (Q.S. Al Baqarah (2) : 155-157)
4.
Senantiasa meminta pertolongan
kepada Allah dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara (Q.S. Al
Fatihah (1) : 5)
5.
Sebagai pedoman dan contoh perilaku
di masyarakat (Q.S. Ali ‘Imran (3) : 110)
6.
Mendorong seseorang untuk melakukan
hal-hal yang baik bagi masyarakat (Q.S. Ali ‘Imran (3) : 104)
7.
Sebagai motivator, dinamisator, dan
stabilisator dalam kehidupan, sehingga hubungan terjalin secara serasi, selaras
dan seimbang.
8.
Membiasakan dan senang sekali
melakukan kegiatan amal saleh, disiplin dan patuh kepada ajaran Islam
9.
Bekerja keras (berjihad) dan tidak
khawatir, karena yakin akan perlindungan Allah SWT
10.
Memurnikan ajaran Islam dengan
memantapkan tauhid dalam jiwa, dan menjauhi mempercayai takhayul dan mistik.
11.
Menjauhi dan mencegah
perbuatan-perbuatan tercela yang tidak diridlai Allah SWT.
12.
Waspada dan mawas diri karena
merasakan kehadiran malaikat yang senantiasa mengawasinya.
13.
Jujur dan meyakini bahwa kelak akan
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya yang baik dan buruk.
Kesempurnaan dari Hak Allah bagi manusia beriman tidak cukup
untuk hanya memikirkan keselamatan dirinya dari segala bahaya dan berbagai
musibah dari segala perkara dunia pada kehidupannya dan dari berbagai kesusahan
dan kesengsaraan hidup berlomba-lomba mencari perbekalan hidup bagi dirinya dan
keturunannya dengan alas an untuk kuat ta’at beribadah, padahal mengikuti hawa
nafsu yang samara pada hati, sehingga merasa butuh pada kehidupan Hubbuddunya
(cinta dunia) sehingga kikir bersedekah karena sangat takutnya menjadi miskin
dan sengsara.
Dan berlomba-lomba pula mencari keselamatan akhirat agar
terbebas dari siksa kubur dan azab neraka dengan melulu atau banyak mengerjakan
berbagai Peribadatan (Ubudiyyah), padahal mengikuti nafsu yang samara
pada hati hingga menghilangkan keikhlasan Kepada-Nya, maka timbulah rasa bangga
hati (ujub) karena merasa telah pahala yang didapat bagi bekal akhirat,
kemudian lupa bahwa; tiadalah amal yang diterima melainkan yang ikhlas
Kepada-Nya pada Rahmat-Nya, jadilah hati terpedaya dan terbelenggu mengandalkan
amal, sehingga tiadalah pada lathifah Bathin Rasa Tawadhu (Merendah)
Kepada-Nya dalam segala Keikhlasan Amal.
Langkah-langkah antisipasi dalam menguatkan keimanan dapat
diwujudkan dalam beberapa aktifitas ibadah yaitu:
1. Memiliki lidah yang selalu menjadikannya sibuk berdzikir
atau bertasbih kepada Allah dengan membaca Al-Qur’an dan mempelajari ilmu
agama.
2.
Memiliki hati yang selalu
mengeluarkan dari dalam hatinya perasaan tidak bermusuhan, iri, dengki dan lain
sebagainya.
3.
Penglihatan tidak akan memandang
kepada hal-hal yang haram, tidak memandang dunia dengan keinginan hawa nafsu,
tetapi ia memandanginya dengan mengambil i’tibar dan pelajaran.
4.
Perutnya, dia tidak memasukkan
hal-hal haram kedalamnya, sebab yang demikian itu adalah perbuatan dosa.
5.
Tangannya, dia tidak memanjangkan
tangannya ke arah hal-hal yang
haram, tetapi memanjangkannya untuk memenuhi ketaatan.
haram, tetapi memanjangkannya untuk memenuhi ketaatan.
6.
Telapak kakinya, dia tidak berjalan
kepada hal-hal yang haram ataukedalam kemaksiatan, tetapi berjalan di jalan
Allah SWT dengan bersahabat atau berteman dengan orang-orang yang sholeh.
7.
Menjadikan keta’atannya itu murni
dan ikhlas karena Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar